Ekonomi internasional : Fungsi Peranan dan Teori klasik modern

Pengetahuan lengkap tentang ekonomi internasional kami bahas paling tuntas dan bisa dengan mudah anda pelajari karena memang yang kami tampilkan selalu yang update dan berbeda dari yang lainnya. Sangat cocok bagi anda seorang pelajar ataupun mahasiswa yang membutuhkan referensi tambahan dan beberapa point penting yang bisa diperdalam. Cocok untuk materi tugas sekolah ataupun materi kuliah.

MODUL 1

HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL Kegiatan Belajar 1


Fungsi dan Peranan Hubungan Ekonomi Internasional Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antarnegara, misalnya perdagangan barang dan jasa antarnegara, penanaman modal asing, lalu lintas modal jangka pendek antara negara, neraca pembayaran, masalah utang luar negeri, pengaruh perusahaan multi nasional, badan-badan dunia: IMF, Bank Dunia, GATT, ASEAN dan lain-lain, pengaruh perubahan pasar dunia pada produksi, konsumsi, kesempatan kerja dan pendapatan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitv40riGp4ped5I8XPxrOtRjAwHKfQhBZ6HlvNcXTztKPrc6uH4rjs7fjXCOJeNCv2UJ5O-tF1gUgAzCdJdrsfGujWrowuJ6FMLEOis1VwJfWJPmf4FGORPx_V6Y97dy1XNMaNH_8SJY7A/s1600/obrolan-ekonomi-peranan-perdagangan-international-dalam-perekonomia-indonesa.jpg

Ilmu Ekonomi Internasional mempunyai dua aspek besar, yaitu perdagangan Internasional yang mempelajari dasar-dasar pemikiran tentang perdagangan internasional, karena itu lebih bersifat teoritik dan dalam jangka panjang. Pembiayaan internasional yang mempelajari penyesuaian moneter sebagai akibat terjadinya perdagangan internasional, karena itu lebih bersifat praktis dan menyangkut jangka pendek. Masing-masing aspek juga mengandung kebijakan, seperti kebijakan proteksi, kebijakan valuta, kebijakan utang luar negeri.
Hubungan ekonomi internasional menyangkut banyak aspek, baik yang berupa hubungan pertukaran barang dan jasa, pertukaran modal, pertukaran teknologi, dan pertukaran informasi dan komunikasi. Oleh karena itu dalam ekonomi yang terbuka seperti Indonesia, pengaruh perubahan hubungan ekonomi internasional sangat besar bagi perekonomian dalam negeri.

Selama ini hubungan ekonomi internasional lebih banyak terjadi antar negara-negara industri atau hubungan ekonomi Utara-utara, sebab negara-negara itu lebih mampu berproduksi secara efisien dan memiliki daya beli yang relatif tinggi. Hubungan ekonomi antar negara-negara yang sedang berkembang atau hubungan ekonomi Selatan-selatan, relatif kecil karena daya beli yang rendah dan kemampuan berproduksi yang rendah pula.

Sejak Repelita I, hubungan ekonomi internasional Indonesia berkembang sangat pesat. Hal itu disebabkan karena selama ini pembangunan Indonesia diletakkan terutama pada pembangunan ekonomi, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil selalu diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi. Akibatnya pertukaran perdagangan dengan negara-negara lain juga ikut berkembang dalam rangka melebarkan pasaran produk-produk dalam negeri maupun usaha memperoleh berbagai keperluan untuk pembangunan dari pasar dunia. Adanya dukungan yang sangat besar dari naiknya harga minyak dan kesediaan banyak negara untuk membantu perkembangan ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan pinjaman memang sangat diperlukan.


Kegiatan Belajar 2


Merkantilisme

Abad Pertengahan adalah abad yang aman, tertib dan relatif statik. Kehidupan dan kegiatan ekonomi berpusat di sektor pertanian yang dikuasai oleh para bangsawan dalam hubungan yang bersifat feodalistik.

Beberapa faktor utama yang menyebabkan perubahan kegiatan sosial dan ekonomi pada Abad Pertengahan antara lain Renaissance yaitu munculnya keinginan untuk bertindak dengan menggunakan pikiran dan menuntut kehidupan sekuler, usaha membentuk negara nasional yang kuat, penemuan Dunia Baru dan jalan menuju ke Timur, runtuhnya feodalisme dan munculnya kelas kapitalis.

Merkantilisme adalah sebuah sistem kebijakan ekonomi yang dianjurkan dan dipraktekkan oleh para pemikir dan negarawan di Eropa Barat sebagai upaya untuk menegakkan negara nasional yang kuat dan makmur.
Empat ciri gagasan pokok yang dapat diidentifikasikan dari para penganut Merkantilis adalah:
  1. ketakutannya pada barang.
  2. sikap terhadap penjualan barang.
  3. keinginan untuk menumpuk logam mulia.
  4. ketidaksenangan pada riba.



MODUL 2
TEORI KLASIK DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kegiatan Belajar 1

Teori-teori dalam Perdagangan Internasional Teori Klasik dalam perdagangan internasional dimulai dengan kritik Adam Smith terhadap kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh golongan Merkantilis. Kritik itu sebelumnya sudah dimulai oleh para penulis sebelumnya. Salah satu kritik yang juga digunakan oleh Smith adalah kritik David Hume yang dikenal sebagai price spiece flow mechanism. Kritik Smith yang lain menyangkut peranan pemerintah dalam perdagangan internasional. Menurut Smith campur tangan pemerintah di bidang ekonomi seharusnya tidak perlu dilakukan karena justru akan menyebabkan timbulnya kekacauan pada jalannya roda perekonomian. Jadi di dalam negeri Smith menganjurkan laisses faire, sedangkan untuk ke luar negeri, yaitu di bidang perdagangan internasional, ia menginginkan dilakukannya perdagangan bebas.



Di samping kritiknya yang negatif pada pendapat golongan Merkantilis, Smith sendiri juga mengemukakan gagasannya yang original. Gagasan itu adalah gagasan yang menyangkut penjelasan mengapa negara-negara melakukan perdagangan internasional dan gagasan yang menyangkut usaha vent for surplus produksi ke negara lain karena dilakukannya spesialisasi. Gagasan yang pertama dikenal sebagai gagasan tentang keuntungan mutlak sedang gagasan kedua dikenal sebagai vent for surplus theory.

Gagasan Adam Smith kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh David Ricardo dan John Stuart Mill. Pada dasarnya mereka menyatakan bahwa perdagangan internasional sulit terjadi apabila dasarnya adalah keuntungan mutlak. Mereka mengajukan gagasan, yang sampai sekarang masih tetap dianggap benar yaitu bahwa negara-negara melakukan perdagangan internasional karena masing-masing memiliki keuntungan atau biaya komparatif. Teori Klasik dijabarkan dengan menggunakan banyak asumsi. Tidak semua asumsi yang digunakan adalah realistik. Walaupun demikian usaha penjelasan teori Klasik tentang mengapa negara-negara melakukan perdagangan internasional dan manfaatnya apa telah banyak menyingkap tabir yang memberikan kesempatan untuk pengkajian lebih lanjut.


Kegiatan Belajar 2


Penyempurnaan Teori Klasik

Teori perdagangan Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Smith, Ricardo, dan Mill telah banyak dikembangkan dan disempurnakan oleh penulis Klasik dan Neo Klasik, walaupun esensinya banyak berubah.

Penyempurnaan yang paling banyak berasal dari Graham. Menurut beliau kesimpulan Mill bahwa DTI harus terletak di antara DTD masing-masing negara agar produk-produk itu dapat diperdagangkan ternyata tidak benar. Yang sering terjadi adalah DTI terletak pada salah satu DTD negara yang melakukan perdagangan, sehingga keuntungan atau manfaat perdagangan akan jatuh sepenuhnya pada satu negara saja. Dalam hal ini dapat negara yang kecil jika perdagangan dilakukan antara negara besar dan negara kecil atau negara yang mengekspor produk yang relatif penting dalam budget konsumen apabila perdagangan menyangkut produk-produk yang relatif penting dan yang relatif tidak penting dalam budget konsumen. Graham menyatakan bahwa dalam hal perdagangan dilakukan antara banyak negara dan banyak barang yang letak keuntungan komparatif dapat berubah-ubah. Apalagi jika dalam kasus itu dimasukkan juga kemungkinan terjadinya perubahan upah dan perubahan kurs valuta. Karena itu dalam perdagangan seperti itu analisis keuntungan komparatif sulit dilaksanakan.

Usaha penyempurnaan lain datang dari Harbeler yang mencoba mengganti dasar analisis dari biaya riil ke biaya alternatif. Dengan cara ini tidak saja analisis menjadi lebih realitas, tetapi juga lebih mudah untuk dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan memperkenalkan kondisi industri dengan biaya yang meningkat, kondisi permintaan, keseimbangan pasar, dan sebagainya. Walaupun demikian usaha, penyempurnaan Harbeler masih juga mengandung banyak kelemahan.


MODUL 3

TEORI MODERN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kegiatan Belajar 1


Teori Modern dalam Perdagangan Internasional Teori modern dalam perdagangan internasional muncul sebagai reaksi terhadap teori Klasik yang mengalami pukulan hebat dari Depresiasi Besar tahun 30-an. Teori modern yang dikemukakan oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dan kemudian dikembangkan oleh Eli-Heckscher kemudian dikenal sebagai teori H-O, bahkan kemudian karena penyempurnaan Samuelson sering disebut juga sebagai teori H.O.S.



Teori H-O mencoba melakukan modifikasi pada teori Klasik untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang menentukan adanya keunggulan komparatif. Modifikasi yang dilakukan oleh teori H-O menyangkut antara lain, (a) pengaruh biaya transpor yang dalam teori Klasik dianggap tidak ada, (b) tiga faktor produksi Neo-Klasik tanah, modal dan tenaga kerja sebagai ganti tenaga kerja saja karena itu mengubah konsep keunggulan alami dan keunggulan yang diperkembangkan, (c) pemberian arti biaya sebagai harga faktor-faktor produksi dalam uang sebagai ganti teori nilai atas dasar tenaga kerja, (d) penekanan pentingnya pengertian bahwa produk yang saling bergantung dan pasar serta harga faktor produksilah yang mendorong perdagangan, sehingga memberi jangkauan analisa yang jauh lebih luas dari teori Klasik yang lebih mendasarkan pada perdagangan barter, (e) pernyataan bahwa perdagangan akan mempengaruhi harga-harga yang harus dibayar untuk berbagai faktor produksi yang digunakan dalam menghasilkan barang-barang yang diekspor. Jadi, asumsi bahwa distribusi pendapatan konstan tidak lagi digunakan.

Pokok teori H-O adalah (a) dasar perdagangan internasional yang melandasi keunggulan komparatif adalah bahwa masing-masing negara mempunyai hadiah alam yang berbeda, sehingga faktor-faktor produksi itu akan mempunyai distribusi yang tidak merata secara proporsional, (b) perbedaan dalam jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara akan mendorong penggunaan faktor produksi dalam kombinasi yang mempunyai intensitas yang berlainan.

Akibatnya masing-masing negara akan berusaha menekankan produksinya pada barang-barang yang pembuatannya dilakukan sesuai dengan keadaan alam yang dimilikinya. Negara akan mengekspor produk yang padat karya jika alam menghadiahkan faktor produksi tenaga kerja relatif banyak dan akan mengekspor produksi yang padat modal jikalau alam menghadiahkan faktor produksi modal banyak.

Alokasi faktor produksi dan kemampuan penyerapan faktor produksi ditentukan oleh bentuk fungsi produksinya, tegar atau tidak. Jika fungsi produksinya adalah fungsi produksi Leontief maka kemungkinan terjadinya penyerapan faktor produksi yang tidak penuh sangat besar, tetapi bila fungsi produksinya tidak tegar jadi, proporsi faktor produksi mudah diubah sesuai susunan dengan keperluan maka kesempatan kerja penuh selalu dapat terjadi bagi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.


Kegiatan Belajar 2

Keseimbangan Internasional

Kurva kesediaan adalah sebuah kurva yang digunakan untuk menjelaskan interaksi antara penawaran dan permintaan produksi antara dua atau lebih negara yang melakukan perdagangan internasional. Dari kurva kesediaan ini dapat diperoleh besarnya TOT yang terjadi pada saat keseimbangan tercapai kurva kesediaan dapat diturunkan melalui peta tak acuh perdagangan.

Kurva kesediaan hanyalah menggambarkan satu sisi saja dalam perdagangan internasional, yaitu sisi permintaan. Dengan menambah sisi yang lain, yaitu sisi penawaran yang dilukiskan dalam bentuk kurva kemungkinan produksi, dapatlah diperoleh keseimbangan pasar. Dalam hal ini keseimbangan di pasar internasional, jadi keseimbangan suatu ekonomi yang terbuka.

Dua sisi kekuatan yang menentukan keseimbangan internasional itu dapat menimbulkan berbagai kasus tergantung dari keadaan mereka masing-masing. Setiap kasus mempunyai akibat sendiri-sendiri. Walaupun demikian hanya pada kasus kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran yang bertentangan saja dapat timbul akibat yang tidak sejalan dengan teori H – O, yaitu negara-negara akan mengekspor produk-produk yang justru memiliki kerugian komparatif karena pengaruh intensitas permintaan di dalam negeri yang sangat kuat pada produk yang memiliki keunggulan komparatif.


MODUL 4

HARGA FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI Kegiatan Belajar 1


Penyamaan Harga Faktor-faktor Produksi (Factor Price Equalization) Perdagangan internasional cenderung untuk mendorong terjadinya kesamaan harga barang-barang maupun harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Hal itu terjadi karena perdagangan internasional menyebabkan masing-masing negara yang terlibat akan berusaha melakukan spesialisasi pada produk-produk yang mempunyai keuntungan komparatif. Apabila produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif itu sesuai dengan hadiah alam yang dimiliki negara tersebut maka usaha melakukan spesialisasi akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi yang dimilikinya relatif paling banyak. Akibatnya harga faktor produksi itu akan meningkat, sedang faktor produksi yang lain tergeser dan harganya akan turun. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada negara yang menjadi partner dagang, sehingga perbedaan harga faktor-faktor produksi yang semula ada karena perbedaan hadiah alam akan cenderung semakin kecil dan apabila asumsi-asumsi tertentu dipenuhi penyamaan-penyamaan harga faktor-faktor produksi itu akan menjadi sempurna.



Asumsi dua barang yang dihasilkan dan diperdagangkan, dua faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dan dua negara menyebabkan bahwa salah satu barang pasti merupakan barang yang (relatif) padat harga sedang yang lain barang yang (relatif) padat modal, demikian pula salah satu negara pasti mempunyai tenaga kerja relatif banyak dan negara yang lain mempunyai modal relatif banyak. Oleh sebab itu, jika diaplikasikan pada dunia nyata dengan banyak barang dan banyak negara hasil yang diperoleh tentu tidak akan mudah digambarkan, walaupun apabila asumsi-asumsi lain tetap berlaku hasilnya juga cenderung untuk tidak berbeda, tentu saja lebih rumit dan lebih sukar untuk diketahui mana barang yang relatif padat karya dan mana barang yang relatif padat modal.





Beberapa ahli ekonomi mencoba menguji teori H-O dengan data alam realitas. Ternyata hasilnya tidak jelas. Ada penemuan-penemuan yang mendukung kebenaran teori H-O, yaitu negara yang memiliki relatif banyak tenaga kerja mengekspor produk yang padat karya dan sebaliknya negara yang memiliki relatif banyak modal mengekspor produk yang padat modal. Sebaliknya ada penemuan-penemuan yang tidak mendukung kebenaran teori H-O.

Salah satu dari penemuan yang tidak cocok dengan teori H-O adalah yang dikenal sebagai paradoks Leontief. Leontief menemukan bahwa Amerika yang diperkirakan negara yang kaya modal ternyata mengekspor produk yang justru padat karya. Hal ini menurut pendapat Leontief disebabkan oleh karena sebenarnya perkiraan bahwa Amerika relatif kaya modal adalah tidak benar. Yang benar adalah Amerika itu kaya tenaga kerja apabila dalam pengertian tenaga kerja itu diperhitungkan juga produktivitasnya.

Apabila rasio K/L yang optimal tidak dipengaruhi oleh besarnya W/i (W = upah, i = suku bunga) dalam arti (K/L) di industri I selalu lebih kecil daripada (K/L) di industri II maka arah perdagangan internasional adalah jelas sesuai dengan teori H-O, sehingga negara yang memiliki relatif banyak tenaga kerja tidak akan mengimpor barang yang padat karya (demand reversal), seperti Indonesia dahulu yang mengimpor beras karena intensitas permintaan beras yang sangat kuat di Indonesia.

Jika pembalikan intensitas faktor produksi (factor intensity reversal) terjadi, artinya ada negara yang memiliki faktor produksi tertentu yang relatif banyak, tenaga kerja misalnya, tetapi hanya relatif faktor produksi itu, dalam hal ini W/i (W = upah, harga tenaga kerja dan i = suku bunga, harga modal) ternyata relatif tinggi maka sulit sekali menghubungkan kedudukan keunggulan komparatif negara itu dengan kondisi teknik produksi yang digunakan. Jadi, ekspor kedua negara yang melakukan perdagangan dapat berupa barang yang mempunyai intensitas faktor produksi yang sama (sama-sama padat karya atau padat modal) tetapi dapat juga berlainan, bergantung pada jumlah pembalikannya genap atau ganjil.

Bila pembalikan intensitas faktor produksi terjadi, penyamaan harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang yang diperdagangkan dapat terjadi dan dapat pula tidak. Keadaan mana yang akan terjadi bergantung pada arah gerakan penyamaan itu yang ditentukan oleh jumlah dan besarnya intensitas pembalikan itu. Bila arah gerakan menuju ke jurusan yang sama perbedaan harga faktor produksi yang sama antara kedua negara itu dapat menjadi semakin kecil atau justru semakin besar. Jika arah gerakan menuju ke jurusan yang berlawanan perbedaan harga tersebut dapat bersifat konvergen (menjadi semakin kecil tetapi dapat juga bersifat divergen (menjadi semakin besar).

Pengabaian biaya transportasi dalam teori Klasik maupun dalam seni H-O sebenarnya kurang tepat tetapi sebenarnya pengaruhnya bagi hasil analisisnya sendiri tidak terlalu besar.





Pertumbuhan Ekonomi dan Akibatnya Dalam perjalanan waktu, walaupun sumber daya ekonomi tidak dapat bergerak melintasi batas negara, perubahan dalam jumlah kualitas dan kemajuan teknologi pasti selalu akan terjadi. Tenaga kerja semakin bertambah banyak, keterampilan meningkat, lahan pertanian bertambah, teknik produksi yang semakin maju dan sebagainya selalu akan terjadi. Akibatnya biaya-biaya produksi berbagai barang yang dihasilkan dan diperdagangkan juga akan mengalami perubahan, baik secara absolut maupun secara relatif. Karena kemajuan teknologi mampu meningkatkan efisiensi perusahaan-perusahaan yang ada, harga barang-barang tersebut akan turun, tetapi turunnya harga dapat saja terjadi tidak dalam proporsi yang sama besar.



Bergantung pada bentuk pertumbuhan faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara dan akibatnya terhadap perdagangan internasional, maka Hick mencoba mengklasifikasikan kasus pertumbuhan yang netral, yang bias ke ekspor dan yang bias ke impor. Dalam hal tertentu dapat dijumpai kasus yang unik, yaitu kasus pertumbuhan yang justru membuat negara tersebut menjadi lebih miskin. Hal ini dapat terjadi jikalau pertumbuhan ekonomi negara itu menyebabkan meningkatnya permintaan barang impornya dan adanya kelebihan barang ekspor sedemikian sehingga TOT akan turun secara drastis. Harga barang impor meningkat pesat dan harga barang ekspornya turun drastis, sehingga TOT-nya turun drastis. Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan kenaikan output, jadi kenaikan pendapatan nasionalnya, justru akan terkena pukulan berat dari turunnya TOT secara drastis dan akhirnya pendapatan nasionalnya justru akan turun.

Bagi sebuah negara kecil yang dalam perdagangan internasional hanya dapat bertindak sebagai price taker, pertumbuhan ekonominya dapat bermacam-macam:

  1. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya adalah konstan per unit produk maka pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat netral, bias-pro-trade, bias-anti-trade, bias-ultra-protrade atau bias-ultra-antitrade, tergantung pada apa yang terjadi pada proporsi sumbangan perdagangan internasional kepada produk domestik bruto negara itu. Jadi, akibat pertumbuhan ekonomi pada perdagangan internasional negara itu semata-mata tergantung pada kondisi selera penduduk. Jikalau meningkatnya pendapatan riil meningkatkan pula permintaan akan barang impor secara proporsional maka pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh netral pada perdagangan internasional negara itu. Demikian pula dengan yang lain.
  2. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya meningkat dengan meningkatnya output sehingga per unit output meningkat maka pertumbuhan ekonomi yang terjadi juga sama macamnya dengan: (a) Tetapi klasifikasinya menjadi lebih sulit. Apabila pada (a) bentuk pertumbuhan ekonominya hanya dipengaruhi oleh seberapa kuat asumsi yang dilakukan oleh penduduk negara itu di dalam mengimpor produk negara lain karena meningkatnya pendapatan nasional riilnya (elastisitas pendapatan) maka pada (b) pengaruh itu harus dikombinasikan dengan pengaruh perubahan biaya itu pada pola produksinya.
Bagi sebuah negara besar yang dalam perdagangan internasional dapat ikut menentukan besarnya harga relatif (TOT) barang-barang yang diperdagangkan, pertumbuhan ekonominya juga dapat membawa akibat yang bermacam-macam seperti pada negara kecil.

  1. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya adalah konstan per unit produk berapa pun juga jumlah output yang diproduksi maka akibat pertumbuhan ekonomi negara itu pada TOT akan terjadi sejalan dengan kondisi selera penduduk negara itu (efek konsumsi: intensitas asumsi penduduk terhadap barang impor sebagai akibat naiknya produk domestik bruto).
  2. Jikalau biaya dihadapi adalah biaya yang meningkat, biaya per unit akan ikut naik. Apabila outputnya bertambah banyak maka biaya tersebut akan cenderung turun, sehingga pada umumnya pertumbuhan ekonomi suatu negara besar akan mendorong naiknya volume perdagangan internasionalnya. Karena itu apabila asumsi-asumsi yang digunakan tetap dipakai maka pertumbuhan ekonomi suatu negara besar dapat justru menyebabkan negara itu mengalami penurunan pendapatan riilnya walaupun produk domestik brutonya meningkat.

Kegiatan Belajar 2

Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Akibat Pertumbuhan Ekonomi

Sumber pertumbuhan ekonomi ada dua yaitu: peningkatan sumber daya ekonomi, baik kuantitas maupun kualitas, kemajuan teknologi yang memungkinkan diusahakannya kenaikan produksi tanpa penambahan sumber daya.
Kedua sumber pertumbuhan ekonomi itu perlu dibedakan karena akibat yang dapat timbul dari kedua sumber itu ternyata berlainan, Dengan asumsi:

  1. dua macam sumber daya (misalnya tenaga kerja dan modal).
  2. dua macam output X dan Y.
  3. X adalah padat karya dan Y adalah padat modal.
  4. fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi yang homogen berderajat satu (misalnya saja fungsi produksi Cobb-Douglas: Q = AK < 1- )
  5. negara itu adalah negara kecil.
Maka pertumbuhan salah satu sumber daya saja (tenaga kerja atau modal) pasti akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang bersifat bias-ultra ke produk yang relatif banyak menggunakan sumber daya yang mengalami pertumbuhan itu (misalnya tenaga kerja bertambah maka pertumbuhan ekonomi akan bersifat bias-ultra ke X, artinya jumlah barang X akan bertambah dalam jumlah yang cukup besar dengan mengantarkan sejumlah barang Y yang tidak dapat diproduksikan karena sumber dayanya terserap untuk meningkatkan produksi barang X tersebut).

Kemajuan teknologi terjadi apabila output yang sama dapat dihasilkan dengan sumber daya yang lebih sedikit atau output yang lebih banyak dapat dihasilkan dengan output yang sama seperti semula.

Kemajuan teknologi dapat berupa kemajuan teknologi yang terlebur dan kemajuan teknologi yang terpisah. Kemajuan teknologi dapat dikelompokkan menjadi kemajuan teknologi yang netral, kemajuan teknologi yang menghemat tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang menghemat modal.

Pertumbuhan ekonomi menyebabkan naiknya pendapatan riil masyarakat pada gilirannya akan meningkatkan permintaan akan produk-produk yang dihasilkan sendiri maupun yang berasal dari impor. Apabila kenaikan permintaan dan kenaikan output pada industri-industri itu tidak berubah secara proporsional harga relatif barang-barang tersebut akan berubah jadi, TOT juga akan berubah, distribusi pendapatan juga akan berubah karena adanya realokasi penggunaan sumber daya.

Perubahan TOT dapat menguntungkan negara-negara yang sedang berkembang (menurut aliran Inggris) tetapi juga dapat merugikannya (aliran Prebisch).


MODUL 6

PROTEKSI Kegiatan Belajar 1

Tarif dan Hambatan Perdagangan Non Tarif Dalam rangka melindungi dan mendorong pertumbuhan dan kehidupan industri dalam negeri banyak negara berusaha untuk membantu industri-industri tersebut dengan mengenakan bea masuk bagi produk luar negeri yang memasuki perbatasan negara. Pengenaan bea masuk akan mempertinggi harga barang luar negeri sehingga diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih baik bagi produk dalam negeri memperoleh pasar. Perlindungan dengan jalan mengenakan bea masuk disebut pengenaan tarif.



Di samping pengenaan tarif perlindungan dapat juga diberikan dalam bentuk lain, yaitu pembatasan jumlah produk yang boleh masuk atau kuota impor dan pemberian subsidi ekspor maupun subsidi untuk mengurangi impor. Hambatan- hambatan ini disebut sebagai hambatan nontarif yang dewasa ini banyak sekali digunakan karena sering kali sulit dideteksi dan dalam hal tertentu efek ekonominya juga lebih baik. Walaupun demikian semua hambatan terhadap perdagangan internasional secara global akan merugikan karena itu proteksi perlu dihilangkan. Untuk menanggulangi terjadinya hambatan-hambatan terhadap perdagangan internasional yang bersifat merugikan banyak persetujuan telah dilakukan baik secara multilateral, seperti yang dicapai oleh GATT maupun secara bilateral. Khusus bagi negara-negara yang sedang berkembang yang memang masih memerlukan proteksi di sana-sini guna mendukung keberhasilan pembangunan ekonominya diatur dengan ketentuan tersendiri.


Kegiatan Belajar 2

Alasan Penggunaan Proteksi

Alasan pengenaan tarif untuk melindungi industri dalam negeri ada bermacam-macam. Tetapi kalau dikaji lebih jauh alasan-alasan itu pada umumnya tidak menguntungkan bagi negara yang mengenakan tarif dalam jangka panjang maupun bagi perdagangan internasional. Selain itu, tarif juga bukan merupakan alat proteksi yang paling baik.

Alasan pengenaan tarif ada yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi, seperti alasan dasar tukar internasional, alasan industri pada tahap awal, alasan diversifikasi industri, alasan distorsi pasar dan sebagai, walaupun kenyataannya sulit dipertahankan secara rasional apabila dikaji secara mendalam dan ada pula alasan-alasan yang bersifat nonekonomi. Alasan-alasan yang bersifat nonekonomi pada umumnya dikaitkan dengan kebijakan politik luar negeri pemerintah maupun idealisme yang dipertahankan terlalu jauh seperti keinginan untuk berdikari sepenuhnya, keinginan untuk melestarikan adat-istiadat dan kebiasaan sendiri, ketakutan pada pengaruh ideologi negara lain dan sebagai.

Secara umum perdagangan bebas adalah pilihan yang lebih dibandingkan dengan perdagangan yang dihambat oleh tarif. Apabila proteksi memang benar-benar diperlukan perlu dikaji alternatif lain yang pengaruhnya pada ekonomi nasional secara keseluruhan adalah lebih baik.


MODUL 7

PERJANJIAN PERDAGANGAN DAN INTEGRASI EKONOMI Kegiatan Belajar 1


Perjanjian Peradagangn Perdagangan internasional sudah dilakukan manusia sejak lama. Dalam proses perkembangan, perdagangan internasional kadang-kadang berjalan lancar, tetapi kadang-kadang mengalami pula hambatan-hambatan di sana-sini. Sesudah perang dunia kedua negara-negara yang ikut serta dalam perdagangan internasional bertambah banyak sehingga jumlah komoditi dan jasa yang diperdagangkan juga semakin besar, baik dalam jumlah kualitas nilai maupun jenis. Di lain pihak, kemampuan ekonomi negara-negara yang melakukan perdagangan itu menjadi sangat bervariasi. Akibatnya perdagangan internasional tidak selalu mampu memberikan keuntungan yang wajar dan proporsional bagi negara-negara peserta. Atas dasar itulah agar keadaan itu tidak menyebabkan keributan-keributan yang tidak perlu bagi kelancaran arus perdagangan internasional diperlukan adanya perjanjian perdagangan internasional bagi negara-negara yang berkepentingan.



Perjanjian perdagangan yang dibentuk sejak selesainya perang dunia kedua dan sekarang masih berlaku adalah GATT (General Agreement on Tariff and Trade). GATT sudah mengalami banyak penyempurnaan tetapi karena kedudukannya yang kurang kokoh, ketentuan-ketentuannya sering dilanggar oleh anggota-anggotanya sendiri. Walaupun terhadap pelanggar itu sanksi dapat dikenakan, tetapi sering kali sanksi itu tidak dapat diberlakukan secara efektif. Di samping itu, memang terdapat klausula-klausula yang memungkinkan sesuatu negara terkuat curang dan melanggar prinsip pokok GATT, seperti prinsip nondiskriminasi, apabila negara itu merasa bahwa pelaksanaan ketentuan GATT diperkirakan akan merugikan negara itu.

Bagi negara-negara yang kedudukan ekonominya pada umumnya lemah ketentuan-ketentuan dalam GATT mudah sekali merugikan perdagangan mereka. Untuk membantu negara-negara berkembang di dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mereka, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan internasional, didirikan sebuah badan internasional yang bernama UNCTAD. Usaha UNCTAD sudah cukup banyak, antara lain penekanan pada negara-negara maju untuk memberikan preferensi tarif (GSP) pada negara-negara berkembang, pembentukan program stabilitas harga dan kerja sama yang lebih baik antara masing-masing negara berkembang sendiri (Selatan-Selatan).




Sesudah perang dunia kedua usai perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat, diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan multinasional yang tidak lagi mengenal batas negara derajat kebergantungan sesuatu negara pada negara-negara lain menjadi semakin besar. Agar derajat kebergantungan yang semakin besar itu dapat dimanfaatkan lebih baik bagi kepentingan negara-negara itu terbentuklah blok-blok ekonomi yang terdiri dari beberapa negara yang merasa berkepentingan untuk melakukan integrasi ekonomi. Blok-blok ekonomi itu antara lain adalah MEE, ASEAN, CALM dan sebagainya.

Setiap pembentukan blok-blok ekonomi, seperti itu akan menimbulkan manfaat dan mudarat bagi negara-negara anggotanya sebagaimana terlihat dari efek ekonomi yang diperolehnya. Efek ekonomi yang statis terdiri dari efek penciptaan perdagangan dan efek pengalihan perdagangan. Bergantung dari efek mana yang lebih dominan pengaruh blok ekonomi pada negara anggotanya dapat menguntungkan atau merugikan.

MEE adalah salah satu blok ekonomi yang terdiri dari beberapa negara Eropa Barat yang mampu memanfaatkan lokasi dan kebersamaannya untuk menjadi blok ekonomi yang sangat kuat dan kini bahkan mampu mendorong ke arah terbentuknya kesatuan ekonomi yang lebih luas dan mungkin mengarah pada pembentukan negara Eropa.

ASEAN yang dicanangkan pada tahun 1967 juga merupakan satu blok ekonomi yang terdiri dari beberapa negara Asia Tenggara. Walaupun susah dalam tahap awal ASEAN telah mampu berkembang menjadi satu blok ekonomi yang relatif berhasil. Namun, untuk berkembang lebih jauh masih banyak hambatan yang perlu diatasi.





Dasar Tukar Internasional (Terms of Trade) Dasar tukar internasional adalah suatu angka indeks yang menggambarkan posisi suatu negara dalam hubungan dengan negara-negara mitra dagangnya dalam perdagangan internasional. Posisi itu menyangkut pergeseran arah pembagian keuntungan yang ditimbulkan oleh perdagangan itu.



Prebisch dan Singer, khususnya menunjukkan bahwa dalam waktu-waktu yang telah lalu ternyata DTI bergerak ke arah yang merugikan negara-negara yang sedang berkembang sehingga selama bertahun-tahun telah terjadi transfer pendapatan dari negara-negara yang sedang berkembang ke negara-negara industri. Tetapi argumentasi Prebisch – Singer itu banyak menimbulkan keraguan terutama pada ekonomi negara-negara industri, karena dalam perhitungan DTI yang digunakan terdapat banyak kelemahannya.


Pengaruh DTI secara kuantitatif memang tidak mudah karena banyaknya variabel di dalamnya sementara sebagian dari vari
Advertisement
advertisement
Ekonomi internasional : Fungsi Peranan dan Teori klasik modern | Mawar Senja | 5