Globalisasi Pendidikan sekarang ini memang terbilang cukup penting. Dalam kemajuan teknologi yang terus berkembang juga harus di imbangi dengan sistem pendidikan yang cakupannya lebih luas bukan sekedar yang bersifat lokal semata. Hal ini juga untuk mengimbangi dan mengurangi ketertinggalan pendidikan kita dibandingkan negara-negara maju lainnya.
Pengertian
Menurut asal katanya, kata "Globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda
atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Sedangkan, “Pendidikan” adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Jadi, Globalisasi Pendidikan adalah sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat secara universal atau menyeluruh.
Di
sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,
globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
· Internasionalisasi:
Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.
Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
· Liberalisasi:
Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar
negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun
migrasi.
· Universalisasi:
Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat
menjadi pengalaman seluruh dunia.
· Westernisasi:
Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan
semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
· Hubungan
transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan
keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing
negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang
kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar
gabungan negara-negara.
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan
bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum
kelahiran.
Bagi
sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah
membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota
keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam - sering kali
lebih mendalam dari yang disadari mereka - walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi.
2.2. Isu Kritis
Ada
dua isu kritis yang perlu kita sikapi sehubungan dengan perspektif
globalisasi dalam kebijakan pendidikan nasional di Indonesia yaitu: (1)
Siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi?; (2) Apa
tantangan dan kendala yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini
dan apa alternatif solusi dalam menghadapi tantangan dan kendala
tersebut?
2.3. Dunia di Era Globalisasi
Globalisasi
telah menjadi sebuah kata yang memiliki makna tersendiri dan seringkali
kita baca dan dengar. Banyak pengguna istilah globalisasi memahaminya
berbeda dari makna yang sesungguhnya. Realitas semacam ini bisa diterima
mengingat tidak ada definisi yang tunggal terhadap globalisasi.
R.
Robertson (1992) misalnya, merumuskan globalisasi sebagai: "... the
compression of the world and the intensification of consciousness of the
world as a whole."
P.
Kotter (1995) mendeskripsikan globalisasi sebagai, "...the Product of
many forces, some of which are political (no major was since 1945), some
of which are technological (faster and cheaper transportation and
communication), and some of which are economic (mature firms seeking
growth outside their national boundaries)."
Tetapi,
dalam tulisan ini kita cenderung mengutip pendapat J.A. Scholte (2002)
yang menyimpulkan bahwa setidaknya ada lima kategori pengertian
globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur. Kelima kategori
definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas.
1. Globalisasi sebagai internasionalisasi
Dengan
pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar `sebuah kata sifat
(adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai
negara'. la menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dan
interdependensi internasional. Semakin besar volume perdagangan dan
investasi modal, maka ekonomi antar- negara semakin terintegrasi menuju
ekonomi global di mana `ekonomi nasional yang distingtif dilesap dan
diartikulasikan kembali ke dalam suatu sistem melalui proses dan
kesepakatan internasional'.
2. Globalisasi sebagai liberalisasi
Dalam
pengertian ini, `globalisasi' merujuk pada `sebuah proses penghapusan
hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar
negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang`terbuka' dan
`tanpa-batas.' Mereka yang berpendapat pentingnya menghapus
hambatan-hambatan perdagangan dan kontrol modal biasanya berlindung di
balik mantel `globalisasi.'
3. Globalisasi sebagai universalisasi
Dalam
konsep ini, kata `global' digunakan dengan pemahaman bahwa
proses `mendunia' dan `globalisasi' merupakan proses penyebaran berbagai
obyek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh
klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi,
internet, dll.
4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk yang Americanised)
`Globalisasi'
dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana
struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme,
industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia,
yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan
serta merampas hakself-determination rakyat setempat.
5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai persebaran supra-teritorialitas)
`Globalisasi'
mendorong `rekonfigurasi' geografis, sehingga ruang- sosial tidak lagi
semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan
batas-batas teritorial.' Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami
sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah
transformasi dalam spatial organisation dari hubungan sosial dan
transaksi-ditinjau dari segi ekstensitas, intensitas, kecepatan dan
dampaknya-yang memutar mobilitas antar-benua atau antar-regional serta
jejaringan aktivitas.
2.4. The World is Flat
Thomas
L. Friedman dalam bukunya The World is Flat menulis bahwa dunia telah
berubah menjadi datar (flat). Friedman melihat ada 10 faktor penyebabnya
yaitu:
a. 11/9/89
Ketika
tembok berlin runtuh pada tanggal 9 Nopember 1989. Suatu simbol pemisah
antara dunia blok barat dan blok timur telah diruntuhkan sehingga dunia
kini menyatu. Juga pada saat bersamaan muncul Sistem Operasi Windows
yang membawa manusia hidup bersama dan saling berinteraksi satu sama
lain.
b. Netscape went public
Pada
pertengahan tahun 1990 an perkembangan jaringan komputer berbasis
Windows mencapai puncaknya. Pada saat ini diluncurkan suatu Web browser
Netscape yang dapat membawa manusia untuk mendapatkan informasi dari
seluruh dunia mengenai apapun, di manapun dia tinggal.
c. Workflow Software
Akhir
abad 20 juga ditandai dengan kemajuan dalam bidang Software Workflow
dimana seseorang dapat mengetahui suatu sistem dengan melihat workflow
dari sistem tersebut. Era ini juga ditandai dengan dikembangkannya VPN
(Virtual Private Network) sehingga masing-masing institusi bisa saling
berinteraksi dengan bantuan jaringan komputer yang bersifat private
sehingga keamanan data dapat terjamin.
d. Open Sourcing
Dominasi
Microsoft Windows pada sistem operasi dunia serta software aplikasi
pendukung lainnya akhirnya dapat ditandingi dengan munculnya Software
Open Source. Masyarakat di seluruh dunia dapat mengembangkan sistem
komputer serta jaringannya dalam komunitas ini. Sistem ini tidak lagi
didominasi oleh institusi tertentu (Microsoft).
e. Oursourcing
Memasuki
tahun 2000 (Y2K = year 2000), perusahaan dapat saja menyelesaikan
tugasnya dengan sistem outsource. Artinya pekerjaan dilakukan di luar
dengan melibatkan sumber daya dari luar, sehingga perusahaan tersebut
tidak perlu memikirkan tugas tersebut.
f. Offshoring
Untuk
pengembangan bisnis, suatu perusahaan dapat melakukan off shore. Ini
dilakukan dengan memindahkan pabrik pada suatulokasi tertentu. Negara
yang menjadi tujuan banyak industri dunia adalah China, karena memiliki
sumber daya manusia serta market yang berlimpah.
g. Supply Chaining.
Supply
chaining menyebabkan dunia men-deliver semua kebutuhan kita mulai dari
keperluan sehari-hari sampai kebutuhan dengan teknologi tinggi dengan
harga yang rendah. Era ini ditandai dengan munculnya toko retail
waralaba besar yang merambah ke seluruh dunia.
h. Insourcing
Insourcing
kebalikan dari outsourcing. Perusahaan kecil menengah dapat saja
membantu perusahaan besar mengerjakan tugas-tugasnya.
i. Informing
Manusia
dapat mencari informasi mengenai apa saja, dari mana saja. Hal itu
dimungkinkan setelah dikembangkan Search Engine seperti Google, Yahoo
atau MSN Search Engine. Dengan bantuan web browser maka kita dapat
mencari informasi tersebut pada jaringan komputer dunia.
j. The Steroids
Manusia
dapat saling berinteraksi satu sama lain dengan melalui 4 cara
nirkabel. Untuk jarak sampai 30 inch kita dapat menggunakan
teknologiinframerah. Untuk jarak sampai 30 feet kita dapat menggunakan
teknologibluetooth. Untuk jarak sampai 150 inch kita dapat menggunakan
teknologiWi-Fi. Untuk dapat mencapai seluruh dunia kita dapat
menggunakan bantuancell-phone yang disambungkan dengan perangkat
komputer kita. Dunia menjadi semakin semarak dengan dikembangkannya
sistem digital, mobile, personal dan virtual.
2.5. Perspektif Globalisasi dan Kebijakan Pendidikan Indonesia
Dalam
summit APEC di Bogor tahun 1994, Indonesia dengan berani menerima
jadwal AFTA 2003 dan APEC 2010 dengan menyatakan: "Siap tidak siap, suka
tidak suka, kita harus ikut globalisasi karena sudah berada di
dalamnya". Banyak pengamat menilai bahwa pada waktu itu Indonesia
menyatakan `siap' dalam globalisasi kurang didasarkan pada asumsi yang
realistis.
Dalam
menilai kesiapan dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi ada
baiknya kita mengukur posisi Indonesia dengan
indikator-indikator-terlepas dari metodologi yang dipakai oleh pembuat
survei yang dianggap cukup relevan, yaitu: tingkat kompetisi Indonesia
di dunia global (global competitiveness), indeks persepsi korupsi
(corruption perception index), dan indeks pengembangan SDM (human
development index).
Menurut
indikator pertama, dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia
berada pada posisi ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia
berada di bawah India yang menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi
ke-60, dan Filipina pada posisi ke-66. Meskipun konfigurasi yang dibuat
oleh Global Economic Forum ini lebih merupakan kuantifikasi dari aspek
ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara umum prestasi tersebut juga
merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita.
Dari
sudut persepsi publik terhadap korupsi tahun 2002, hasil survei yang
dilakukan oleh Transparency International dan Universitas Gottingen
menempatkan Indonesia pada urutan ke-122. Indonesia berada di bawah
India yang menempati posisi ke- 83, Filipina pada posisi ke92, dan
Vietnam pada posisi ke-100. Mengingat sikap dan watak merupakan hasil
pembinaan pendidikan, dunia pendidikan kita bisa dianggap `liable'
terhadap perilaku korup. Implikasi indikator ini terhadap dunia
pendidikan kita secara umum ialah proses pendidikan kita belum mampu-
secara signifikan-menghasilkan lulusan yang bersih, jujur dan amanah.
Era
pasar bebas memungkinkan masuknya lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik yang mempunyai kemampuan internasional ke Indonesia, untuk itu,
kemampuan bersaing lembaga pendidikan dan tenaga pendidik harus
ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas para tenaga pendidik,
perlu juga sekaligus memberikan perlindungan profesi pada mereka dalam
bentuk program lisensi, bagi semua pendidik dan mereka yang ingin meniti
karier sebagai pendidik. Program lisensi tersebut diperlukan untuk
memberikan jaminan mutu pendidikan yang akan diberikan agar sesuai
dengan standar nasional, misalnya dengan kriteria minimal harus
menguasai segala aspek standar kompetensi guru. Dan bagi warga negara
asing yang akan menjadi tenaga pendidik di wilayah republik Indonesia,
selain harus menguasai standar kompetensi guru juga diwajibkan menguasai
bahasa Indonesia.